Abstract:
Diare merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian disebabkan oleh diare terutama diderita oleh kelompok anak balita. Worlld Health Organisation (WHO) memperkirakan sekitar 4 milyar kasus diare terjadi di dunia dan 2,2 juta penderita diare diantaranya meninggal dunia, sebagian besar penyakit diare tersebut dialami oleh anak-anak dibawah umur lima tahunn (balita). Di Indonesia, angka kesakitan akibat diare pada tahun 2002 sebesar 6,7 per 1000 penduduk, sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi 10,6 per 1000 penduduk. Tingkat kematian akibat diare pada penduduk Indonesia masih cukup tinggi, hal ini terlihat dari hasill survey yang dilakukan kesehatan nasional menunjukan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor 2 dari urutan 10 besar penyakit di Indonesia. Kurang lebih (23%) diare tertular pada bbalita, dan sekitar (11,4%) terdapat pada bayi. Papua Barat memiliki prevalensi diare (45,4%) diatas prevalensi nasional (42,2%) dengan cakupan bayi (52,8%), dan balita (55,5%). Hasil penelitian awal (pendahuluan) yang dilakukan peneliti pada Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari (P2M) September 2014 diperoleh data mengenai kasus diare tertinggi adalah pada bayi balita usia 1-4 tahun (623 kasus). Pada penelitian yang sama dilakukan di Puskesmas Wosi diperoleh data penderita diare pada bayi balita berjumlah 138 kasus (37%). Dari jumlah tersebut 58 bayi baliita diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang akurat digunakan metode survey dan analisis laboratorium. Hasil penelitian tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan angka kejadian diare pada bayi balita berdasarkan sarana air bersih dan sumber air tidak memiliki hubungan yang signifikan sesuai hasil Chi Square (0,000), cara pengambilan air minum, cara penyimpanan, cara pengolahan air, kualitas fisik air ada hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada bayi balita di Wilayah kerja Puskesmas Wosi. Hal ini terlihat dari hasil analisis Chi Square <0,05 yaitu sebesar 0,004 yang artinya (Asymp.sig), hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada bayi balita berdasarkan kebiasaan BAB di jamban memiliki hubungan yang signifikan terlihat dari hasil analisis uji statistic Chi-squer <0,05 yaitu sebesar 0,004 (Asymp.sig). Hubungan sanitasi lingkungan dengan angka kejadian diare pada bayi balita dengan jenis lantai rumah di Wilayah kerja Puskesmas Wosi tidak ada hubungan yang signifikan terlihat dari hasil uji statistic dengan metode Chi-squer menunjukan nilai p-valu (Asymp.sig) > 0,005 yaitu sebesar 0,422. Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka saran yang dapat disampaikan adalah, melakukan upaya pengendalian angka kejadian diare berdasarkan prinsip lima langkah tuntaskan diare (LINTAS) diare, upaya manajemen sanitasi lingkungan (sumber air minum, kualitas fisik air, kepemilikan jamban keluarga) untuk meminimalisir adanya sumber penularan penyakit diare