dc.description.abstract |
Sagu merupakan tumbuhan sumber karbohidrat dengan kandungan karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Populasi sagu terbesar di Indonesai berada di Papua, yaitu sebesar 90 % dari total 50 % sagu di dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan sagu, pemanfaatan tumbuhan sagu, dan sistim pengolahan yang dilakukan masyarakat di Distrik Makimi dan Distrik Yaro. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu data keanekaragaman sagu dapat digunakan dalam program pemuliaan tanaman untuk meningkatkan produktifitas tumbuhan sagu, dan untuk pengembangan sagu dari segi pemanfaatan dan teknik pengolahan sagu di Kabupaten Nabire. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey dan wawancara semi structural. Data keanekaragaman morfologi dianalisis menggunakan analisis Cluster dengan program NTSYS dan untuk pemanfaatan serta teknik pengolahan sagu dianalisis secara tabulasi, yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Aksesi sagu yang ditemukan di Distrik Makimi sebanyak lima aksesi terdiri dari sagu berduri panjang tiga aksesi (Nusawano, Anamuna dan Nungguana), sagu berduri pendek satu aksesi (Ananggemo) dan sagu tidak berduri dua aksesi (Nusawari), sedangkan di Distrik yaro ditemukan tiga aksesi yaitu dua aksesi berduri panjang (Uhatia dan Uha) serta satu aksesi tidak berdusi (Nosah). Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari daun (pembuatan gata-gata dari tulang daun), batang (tempat penampungan air perasan empulur), kulit batang (Pemarut kelapa atau parurai, sendok pemutar papeda, lantai penganti papan) dan terutama pati (bahan pangan seperti papeda (wiwio atau mia, sagu lempeng pioo). Teknik pengolahan masih menggunakan cara semi mekanik terutama pada proses pemarutan atau penghancuran empulur. Dengan produksi per pohon berkisar antara 66,17 kg (MK2) – 431,22 kg (MK1) dengan rata-rata 221,45 kg, rendemen pati antara 5,81% (MK2) - 32,80 %(MK3) dengan rata-rata 19,53 %, dan rata-rata kehilangan pati yang terikut dalam ampas termasuk rendah yaitu 1,74 %. |
en_US |