Abstract:
Papua Barat memiliki luasan ekosistem mangrove kurang lebih 470.000 ha yang tersebar di hamper semua Kabupaten dan Kota, kecuali Kabupaten Pegunungan Arfak. Kawasan ekosistem mangrove tersebut berada di urutan ke-4 setalah Provinsi Papua, total luasan Pulau Kalimantan, dan total luasan mangrove Pulau Sumatra dan mengambil porsi kurang 16% dan dari seluruh ekosistem mangrove nasional. Luasan ekosistem mangrove tersebut relative masih terjaga dengan baik (95%) dan hanya sebagian kecil (5%) yang telah mengalami degradasi. Khusus ekosistem mangrove Papua Barat, proporsi luasan terbesar berada di Kabupaten Teluk Bintuni (53%) disusul Kabupaten Sorong Selatan (16%), sedangkan proporsi terkecil berada di Kabupaten Tambrauw (0,1%). Ekosistem mangrove Papua Barat memiliki kurang lebih 39 jenis flora Mangrove yang terdiri dari 19 jenis mangrove sejati (true mangrove) dan 20 jenis asosiasi (Teluk Bintuni: 13 jenis mangrove sejati dan 10 jenis asosiasi, Raja Ampat: 10 mangrove sejati (true mangrove) dan 55 jenis asosiasi, Teluk Wondama: 18 jenis mangrove sejati). Sedangkan fauna mangrove, di Teluk Bintuni terdapat kurang lebih 27 jenis reptil dan 9 jenis amfibi, 27 jenis burung, 12 jenis mamalia, dan 14 jenis avertebrata, di Distrik Oransbari (Manokwari Selatan) ditemukan 13 jenis moluska terdiri dari 9 jenis gastropoda dan 4 jenis bivalve. Mangrove Papua Barat juga memiliki potensi simpanan karbon (c-stock). Ekosistem mangrove di Manokwari dengan 234,88 - 302,4 t C ha1, Ekosistem mangrove di Teluk Bintuni, Teluk Arguni, Fak Fak, Kaimana, dan Teluk Etna menyimpan ditemukan kurang lebih 1700 C t ha-1. Pemanfaatan ekosistem mangrove di Papua Barat adalah flora, fauna dan ekowisata. Beberapa hal yang menjadi tantangan pengelolaan ekosistem mangrove Papua Barat, yaitu degradasi dan perubahan struktur hutan dataran rendah, alih fungsi/konversi kawasan (pemukiman, tambak, Tempat Penimbunan Kayu), Pengambilan dan atau penebangan kayu mangrove dan perburuan species kunci. Terlepas dari tantang tersebut, terdapat kesempatan dalam pengelolaan ekosistem mangrove Papua Barat, yaitu mangrove Papua Barat cukup luas dan lebih dari 95% masih dalam kondisi sangat baik, potensi flora dan fauna yang cukup tinggi, potensi karbon stok (c-stock) yang sangat besar. Sebagai solusi pengelolaan direkomendasikan adanya system pengelolaan bersama (multi-stakeholder management), pengelolaan mangrove dengan melibatkan masyarakat harus diarahkan dengan tujuan sosial ekonomi yang matang. Tanpa adanya sumber ekonomi yang berasal dari mangrove, masyarakat tidak akan bisa menjalankan semua amanat konservasi, serta lebih focus pada pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan kegiatan non- destructive lainnya (blue carbon, ekowisata, jasa lingkungan)