Abstract:
Teknologi budidaya pertanian pada petani tradisional berjalan lambat, meskipun teknologi bahan, alat dan cara telah mengalami perubahan sesuai perkembangan jaman. Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam peningkatan hasil pertanian, dengan dukungan kelembagaan pertanian. Bagaimana petani suku Arfak membudidayakan tanaman pangan dan sayuran dengan sistem perladangan berpindah, dan bagaimana kelembagaan pertaniannya perlu dikaji. Penelitian ini bertujuan mendeskripsi teknologi budidaya yang digunakan dan kelembagaan pertanian suku Arfak di distrik Hink Kabupaten Pegunungan Arfak. Responden diambil secara sengaja sebanyak 51 orang dari 2 kampung contoh di Distrik Hink, dengan pertimbangan kondisi wilayah penelitian homogen. Metode penelitian digunakan analisis diskriptif dan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan penanaman diawali dengan menebang pohon dan membakar sisa kayu serta membuat pagar. Pola tanam secara monokultur dilakukan oleh 59 persen petani. Pemeliharaan dilakukan pada awal penanaman. Peralatan yang digunakan untuk budidaya tugal, dodos, parang, sekop, cangkul dan sabit. Benih tanaman selain wortel, dan kol yang dibeli di kota Manokwari, 100 persen petani menggunakan bibit dari hasil panen. Akodan digunakan oleh sebagian besar (90 persen) petani untuk mengatasi hama pada tanaman wortel. Kentang hasil panen yang digunakan untuk bibit umumnya diletakkan pada noken dan digantung pada dinding rumah hingga tumbuh tunas dan siap ditanam. Panen umumnya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan untuk semua jenis tanaman. Di Disrik Hink hanya terdapat kelembagaan non formal berupa lembaga adat yang dapat membantu mengatur kegiatan produksi pertanian. Lembaga penyuluhan dan koperasi diperlukan untuk membantu meningkatkan pengetahuan, penyediaan input dan pemasaran hasil.