Abstract:
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan populasi sapi potong, belum dapat menuhi permintaan daging dalam negeri. Kebutuhan daging sapi di Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein hewani. Laju permintaan daging yang meningkat ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi daging dalam negeri. Data statistik produksi daging di Indonesia selama 3 tahun terakhir menunjukkan trend yang menurun berturut-turut pada tahun 2019, 2020 dan 2021 sebesar 504 802,29 ton, 453 418,44 ton dan 437 783,23 ton. Disinyalir penurunan produksi daging juga terjadi pada tahun 2022 akibat kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang telah mencapai mencapai 401.205 ekor pada Juli 2022. Mengantisipasi penurunan produksi daging tersebut maka salah satu tindakan yang bisa dilakukan adalah meningkatkan produktivitas sapi potong terutama perbaikan reproduksi pada sapi induk. Usaha-usaha pemerintah telah banyak dilakukan antara lain dengan program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus SIWAB). Upsus SIWAB mencakup dua program utama yaitu peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (INKA). Program tersebut dituangkan dalam peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian pada tanggal 3 Oktober 2016. Di Provinsi Papua Barat pencanangan IB serentak sebagai dimulainya program Upsus SIWAB dipusatkan di lapangan Kampung Udapi Hilir SP 4 Prafi Manokwari. Realisasi pelaksanaan IB Tahun 2017 di Provinsi Papua Barat tercatat sebanyak 1.135 ekor. Data yang bersumber dari ISHIKNAS kemudian dianalisis untuk mempelajari parameter reproduksi sapi induk yang meliputi non return rate, service per conception, conception rate, dan calving rate. Buku ini mengupas tentang reproduksi sapi induk (sebagai akseptor) di tiga kabupaten (Manokwari, Sorong dan Fakfak) Papua Barat ditinjau dari parameter reproduksi non return rate, service per conception, conception rate, dan calving rate. Parameter reproduksi tersebut sangat penting untuk menilai kinerja sapi induk terutama sapi-sapi induk yang mendapat perlakuan IB.