Abstract:
Ilaga merupakan salah satu distrik dari kabupaten Puncak yang terletak di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Sebagai wilayah dataran tinggi, komoditas hortikultur, termasuk kentang sangat dimungkinkan untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Kentang merupakan komoditas yang berfungsi sebagai pangan alternatif sumber energi di wilayah Pegunungan Tengah saat terjadi kekeringan, hujan dan embun es yang
mengakibatkan ubijalar gagal dipanen (Ballard, 1999). Umur kentang lebih pendek dibandingkan ubijalar (makanan pokok masyarakat lokal Kabupaten Puncak), sehingga kentang bisa menjadi alternatif pangan ketika bencana alam terjadi dan dapat dimanfaatkan dalam menunjang program ketahanan pangan. Hingga saat ini belum diketahui kondisi dan status komoditas kentang di wilayah Ilaga, mengingat wilayah tersebut masih terisolir dan akses untuk mencapai daerah tersebut masih sulit. Oleh karena itu diperlukan adanya studi pendahuluan untuk mengetahui status dan kondisi komoditas kentang, dengan mengamati teknik budidaya, produksi dan distribusi kentang di wilayah ini. Kegiatan survey dilaksanakan pada tanggal 7 – 12 November 2016. Lokasi survey terletak pada ketinggian 2200 – 2400 m dari permukaan laut. Survei dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan tehnik observasi dan wawancara dengan petani kentang dan sejumlah narasumber lokal maupun instansi terkait untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan umum daerah, tehnik budidaya kentang, produksi dan kualitas hasil, panen dan pasca panen, mata rantai tataniaga kentang dan permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan usaha pengembangan komoditi kentang. Hasil survey menunjukkan bahwa kentang dapat tumbuh di wilayah tersebut, namun berdasarkan hasil pengamatan produksi dan kualitasnya rendah. Hal tersebut disebabkan oleh karena beberapa unsur iklim yang kurang sesuai seperti curah hujan yang tinggi, intensitas penyinaran yang rendah pada bulan-bulan tertentu serta tanah yang kurang subur pada wilayah tertentu terutama daerah lereng. Data iklim untuk wilayah Ilaga tidak tersedia karena belum adanya stasiun pencatatan iklim di wilayah tersebut, sehingga menyebabkan pengalokasian waktu tanam dan model
budidaya kentang memerlukan pengkajian selama tahun berjalan dengan waktu kurang lebih 3-5 tahun berturut-turut. Tanah-tanah yang berada pada daerah yang berlereng memiliki unsur hara yang rendah, tingginya curah hujan di lokasi penelitian mengakibatkan pencucian hara terus menerus. Agar pencucian hara dapat diminimalkan, maka teknik-tenik budidaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan teras-teras atau guludan yang memotong lereng atau sejalan dengan garis kontur, serta diikuti dengan penanaman tanaman menurut kontur. Selain itu, dapat dilakukan juga dengan penanaman tanaman penutup tanah pada sela-sela tanaman utama, serta dengan menutup/menimbun tanah dengan sisa-sisa tanaman (mulsa). Survey yang sama perlu dilakukan di wilayah dataran tinggi lainnya termasuk wilayah distrik lainnya di kabupaten Pegunungan Bintang, untuk memastikan wilayah yang lebih sesuai bagi pengembangan pusat budidaya atau produksi kentang. Pengujian terhadap teknik budidaya yang sesuai serta dalam kondisi cekaman lingkungan termasuk embun es (frost) perlu dikaji dengan menggunakan kultivar kentang lokal dan introduksi. Kualitas bibit kentang yang rendah di wilayah Ilaga disebabkan karena penggunaan bibit dari penananaman sebelumnya secara terus menerus. Hal ini menyebabkan degradasi kualitas bibit dari tahun ke tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut petani dapat melakukan cara yang aplikatif dan mudah, yaitu seleksi positif untuk mendapatkan bibit dengan tingkat kemurnian atau kualitas yang lebih baik. Infrastruktur dan akses transport yang sangat terbatas merupakan kendala dalam memenuhi permintaan komoditas pertanian dataran tinggi pada sentra pasar kota-kota besar di sekitarnya seperti Timika, Nabire, Merauke dan beberapa kota lainnya. Saat ini produk pertanian sebagian besar dinikmati oleh konsumen lokal Kabupaten Puncak. Apabila akses transportasi sudah tersedia dengan mudah dan harganya terjangkau, maka kualitas, kuantitas, kontinuitas produk pertanian menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi sehingga mampu bersaing di pasara