dc.description.abstract |
Indonesia memiliki target eliminasi kusta pada tahun 2020, namun Provinsi Papua Barat masih tergolong provinsi high burden leprosy. Stigma terhadap pasien kusta menjadi salah satu masalah yang dapat menghambat eliminasi kusta. Pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan pemahaman yang salah dan menimbulkan stigma. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan stigma terhadap pasien kusta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilakukan di Distrik Maladum Mes, Kota Sorong. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara pada 84 responden menggunakan kuesioner. Responden ditentukan dengan cara random walking atau systematic random sampling. Alat yang digunakan untuk menilai stigma adalah Explanatory Model Interview Catalogue Community Stigma Scale (EMIC-CSS). Alat ini telah tervalidasi di Distrik Cirebon pada tahun 2014 oleh Peters et al(alfa cronbach 0,83). Skor EMIC-CSS memiliki rerata 16,68 [IK 95% (15,26 – 18,04)]. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang kusta (52,4%). Hubungan antara karakteristik (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan) dan tingkat pengetahuan dengan tingkat stigma memiliki nilai p>0,05.
Kesimpulan. Stigma terhadap pasien kusta di Distrik Maladum Mes masih tinggi (batas > 8 skor EMIC-CSS). Tidak terdapat hubungan antara karakteristik (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan) dan tingkat pengetahuan terhadap tingkat stigma di masyarakat Distrik Maladum Mes. |
en_US |