Abstract:
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan di Indonesia terutama di Papua Barat. Pengobatan Tuberkulosis menggunakan obat dalam jumlah banyak, belum lagi penyakit komorbid yang menyertainya menyebabkan risiko terjadinya interaksi obat yang berpengaruh kepada klinis pasien lebih besar. Selain itu peresepan polifarmasi juga dapat menyebabkan peningkatan biaya kesehatan, peningkatan efek samping obat dan ketidakpatuhan. Penelitian dilakukan secara retrospektif di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong pada bulan Maret 2019 dengan menggunakan resep pasien Tuberkulosis dewasa. Penilaian sampel menggunakan database online dan dianalisis menggunakan chi-square. Pada penelitian ini didapatkan bahwa laki – laki lebih sering mendapatkan obat Tuberkulosis (51,5%). Sedangkan berdasarkan umur pasien dengan kategori umur <60 tahun lebih banyak mendapatkan obat Tuberkulosis (80,8%). presentase resep yang mengalami polifarmasi sekitar 42,4%. Jenis interaksi berdasarkan tingkat keparahan paling sering adalah moderate dengan presentase 74,2%. Presentase pasien yang mendapatkan peresepan polifarmasi dan memiliki potensi interaksi obat adalah 89,5% dengan nilai p= 0,000. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara polifarmasi dan interaksi obat dengan nilai p=0,000.